Cianjur adalah sebuah kota yang menyimpan banyak artefak sejarah, dimulai dari artefak kuno, peninggalan zaman batu, sejarah kerajaan Sunda, hingga zaman kerajaan pembaharuan kebudayaan Islam yang turut mewarnai berdirinya kota Cianjur.
Penulis/Ismat Nasrulloh
Seiring perkembangannya, Cianjur tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sejarah zaman Kerajaan Sunda, Kerajaan Pakuan dan Kerajaan Galuh, yang merupakan kerajaan Hindu. Hingga kemudian menjadi daerah kekuasaan di bawah Kesultanan Mataram.
Salahsatu peninggalan yang menjadi bukti diantaranya, kita kenal situs kuno Gunung Padang yang masih menyimpan misteri. disinyalir keberadaannya sejak 2000 tahun SM, yang merupakan situs megalitikum atau situs zaman batu.
Konon katanya, sang pelopor pendiri negeri kecil di bawah kaki Gunung Gede adalah Raden Djajasasana putra dari Raden Arya Goparana yang berhasil mempertahankan kota kecil dari penjajah VOC, atas perintah Kesultanan Mataram.
Kesultanan Mataram adalah Kerajaan Islam paling maju dan pesat, sehingga islam mempengaruhi corak kepemimpinan di negeri kecil yang bernama Sagara Herang (Cianjur saat ini).
Negri Sagara Herang, jika diartikan adalah “dataran yang indah” memberikan kesan bahwa Cianjur adalah negri yang subur makmur juga indah karena berada di bawah kaki Gunung Gede Pangrango.
Dibawah kepemimpinan Raden djajasasana yang di beri gelar Arya Wira Tanu, Cianjur berdiri dengan Ibu Kota di wilayah Cikundul sejak 1680 M.
Kemudian mempunyai watak dan karakteristik masyarakat Madani, dengan nilai-nilai keislaman dan kesantrian para pemimpinnya.
Sehingga tak aneh jika Cianjur dijuluki sebagai kota santri, karena terbukti dengan banyak dan tumbuhnya lembaga pendidikan Pesantren di beberapa wilayah Kabupaten Cianjur.
Yang kemudian menjadikan ciri khas kebudayaan masyarakat Cianjur yang rajin Ngaos (ngaji/mengaji).
Semangat kesantrian dan kepemimpinan islami juga tak hanya terkandung dalam corak kepemimpinan, tetapi tertanam pada masyarakat yang ada di Cianjur, baik itu keramahan, hidup berdampingan dan saling mengasihi antar sesama penduduk.
Namun disamping itu pula, masih ada ajaran dan adat peninggalan zaman kerajaan Hindu-Buddha, bahkan masyarakatnya pun sebagian masih ada yang beragama atau berkeyakinan Hindu-Buddha dan suda wiwitan. Akan tetapi prinsip hidup berdampingan itu tetap dijaga.
Tak elak perpaduan corak dakwah Islam dengan seni budaya lokal pun masih lekat dan tetap dipertahankan hingga kini.
Bahkan seorang pemimpin generasi ke VIII yaitu R.A.A. Kusumahningrat yang merupakan Bupati Cianjur pertama memperoleh gelar R.A.A. (Raden Aria Adipati) dari Pemerintah Kolonial Belanda, juga oleh masyarakatnya di sebut dalem pancaniti. mempunyai perwatakan dakwahnya melalui seni mamaos cianjuran.
Seni Mamaos Cianjuran baginya dijadikan jalan atau tarekat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Oleh karena itu, syair-syair lagu mamaos Cianjuran ciptaannya sebagian besar berisi puji-pujian terhadap kebesaran Allah SWT yang ditulis dengan sangat puitis dan indah, atau mengenai alam dan kehidupan yang menjadi bahan tafakur baginya.
Masyarakat Cianjur ternyata mempunyai jiwa kesatria yang luhur. Sebab, pada dasarnya masyarakat Cianjur mempunyai seni beladiri yang terkenal yaitu maenpo.
Namun seni beladiri maenpo tidak menjadikan masyarakat Cianjur jumawa, atau sombong dan tidak digunakan serta merta.
Sehingga Cianjur tetap terkenal dengan, someah artinya ramah, sauyunan artinya hidup berdampingan.
Maenpo itu sendiri berarti bermain dan PO berasal dari bahasa cina yang artinya memukul, sehingga maenpo berarti seni bermain melakukan pukulan atau silat.
Main po dikembangkan oleh Raden Haji Ibrahim Jayaperbata terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur, leluhurnya merupakan salah satu pendiri Cianjur.
Raden Haji Ibrahim Jayaperbata lahir diawal abad XIX atau tepatnya pada tahun 1816 dan meninggal tahun 1906 di Desa Cikalong.
Dari cerita di atas perkembangan Kabupaten Cianjur banyak mengalami berbagai kemajuan, baik budaya, politik dan kepemipinan. Dimulai dari awal lahirnya Cianjur hingga generasi pertengahan.
Dengan demikian setiap pemimpin, abdi-abdi negara juga masyarakat Cianjur sudah seyogyanya menjadikan sebuah hikmah pembelajaran dan selalu mencontoh perkembangan peradaban Kota Cianjur dan tetap mempertahankan ciri khasnya.
(Represi rangkuman sejarah Cianjur ini, dikutif dari berbagai artikel yang tercecer dalam alat pencarian internet, apabila ada kekurangan dan kelebihan mohon diralat).