BRANDA.CO.ID – Kabupaten Cianjur adalah daerah yang banyak menyimpan sejarah peradaban manusia, tak terkecuali di wilayah Cianjur bagian selatan.
Hal ini terbukti dengan adanya beberapa peninggalan sejarah berikut dengan kebudayaannya.
Salah Satu budaya kekaruhunan yang masih bertahan di wilayah Selatan Cianjur yakni, di Desa Walahir, Kecamatan Leles, berupa upacara adat Ngadiukeun.
Upacara adat ngadiukeun ini adalah rangkaian budaya seren tahun setelah memanen padi, yang sebelumnya dimulai dari mitambeyan saat menanam.
Uniknya, Upacara adat ngadieuken di Walahir ini diselenggarakan dengan memadukan antara ritual kebudayaan kekaruhunan dan ritual keagamaan.
Abid (70) Sesepuh Desa Walahir menerangkan, kebudayaan ngadiukeun merupakan bagian dari perinsip masyarakat dalam meneguhkan nilai ketuhanan dan nila kebudayaan leluhur.
Cara itu dilakukan untuk menunjukan rasa syukur kepada tuhan dan menetapkan padi (netepken sri pohaci di padaringan, atau goah, leuit.
“Secara prakteknya upacara adat Ngadiuken, pertama dilakukan oleh sesepuh atau Puun, untuk menetapkan padi yang akan di simpan di leuit, lalu dilakukan tawasul oleh tokoh agama,” ungkapnya.
Ki Abid menuturkan, selain upacara yang formal juga disuguhkan hiburan kesenian yang merupakan kegiatan hiburan ‘tatabeuhan’ yitu seni tradisional tarawangsa yang dipimpinnya.
“Seni music tarawangsa ini biasa dilakukan dengan alat seni kacapi dan keretan rebana tradisional,” ungkap ki Abid.
Bukan hanya itu, Desa walahir juga masih mempertahankan kegiatan sunatan dengan memakai bengkong (tukang sunat tradisional), dan diiringi tatabeuhan kendang penca beserta silat. Bahkan ada juga kesenian goong renteng yang ditampilkan Ketika sunatan.
Ki Abid mengungkapkan m, bahwa dirinya mempunyai kekhawatiran akan keberlangsungan budaya ini. Sebab, hari ini ritual adat leluhur sudah mulai ditinggalkan secara perlahan.
Padahal nilai kebudayaan ini semestinya dipertahankan agar terjauh dari ketamakan jaman.
“Saya ber pesan kepada generasi muda untuk pertahankan seni budaya karuhun, khusus kepada yang masih memakai prinsip kekaruhunan,” pesannya.
Ki Abid menyebutkan bahwa amanat karuhun dan adat istiadat harus terus menerus dilakukan, supaya bisa memberikan pelajaran bagi yang menjalankannya.
“Lamun dipertahankeun, karuhun teh yurup ngawayuh nagrubah sukma kanu aya turunanna,
(Jika dipertahankan, akan memberikan kebaikan kepada dirinya sendiri dalam menjalankan kehidupannya,red),” kata Ki Abid.***