BRANDA.CO.ID – Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu, membuat pernyataan kontroversial dengan menyerukan penghapusan bulan Ramadhan, dan mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Pernyataan Israel akan hapus bulan Ramadhan ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk Palestina dan negara-negara Arab.
Tentunya, seruan Eliyahu untuk menghapus bulan Ramadhan adalah pernyataan yang berbahaya, karena pernyataan ini dapat memicu ketegangan dan kekerasan di wilayah Timur Tengah.
Alasan Eliyahu:
1. Eliyahu mengklaim bahwa bulan Ramadhan menjadi periode “kekerasan dan teror” yang meningkat.
2. Dia juga menyatakan bahwa Israel tidak boleh tunduk pada “ketakutan” terhadap bulan Ramadhan.
Dampak pernyataan Eliyahu:
1. Pernyataan Eliyahu dikecam sebagai provokatif dan berbahaya.
2. Banyak pihak yang melihatnya sebagai upaya untuk memicu ketegangan dan kekerasan di wilayah tersebut.
3. Pernyataan ini juga dikhawatirkan dapat merusak hubungan Israel dengan negara-negara Arab.
Tanggapan dari berbagai pihak:
1. Palestina: Otoritas Palestina mengecam pernyataan Eliyahu sebagai “rasis” dan “provokatif”.
2. Liga Arab: Liga Arab menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengecam pernyataan Eliyahu.
3. Organisasi Kerjasama Islam (OKI): OKI menyatakan bahwa pernyataan Eliyahu “berbahaya” dan “melanggar hukum internasional”.
Situasi di Timur Tengah:
1. Wilayah Timur Tengah saat ini sedang mengalami ketegangan yang tinggi.
2. Kekerasan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
3. Bulan Ramadhan sering kali menjadi periode yang tegang di wilayah tersebut.
Penting untuk dicatat bahwa:
1. Pernyataan Eliyahu tidak mewakili pandangan seluruh pemerintah Israel.
2. Banyak orang Israel yang mendukung toleransi dan hidup berdampingan dengan Muslim.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam dan merupakan waktu untuk refleksi spiritual dan doa.
