BRANDA.CO.ID – Berita tentang kebangkrutan Tupperware tentu mengejutkan banyak orang. Perusahaan yang selama puluhan tahun menjadi ikon dalam industri rumah tangga ini, harus rela mengakhiri perjalanan panjangnya. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi?
Diketahui, Tupperware didirikan oleh Earl S. Tupper pada tahun 1946. Produknya yang inovatif, wadah plastik kedap udara, merevolusi cara orang menyimpan makanan.
Tupperware juga terkenal dengan strategi pemasarannya yang unik, yaitu Tupperware Party. Acara demo produk ini tidak hanya menjual produk, tetapi juga menciptakan komunitas dan pengalaman yang menyenangkan bagi para pelanggan.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Kebangkrutan
1.Gaya hidup serba cepat: Konsumen modern cenderung mencari produk yang lebih praktis dan instan.
2. Kepedulian terhadap lingkungan: Produk sekali pakai dan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan menjadi tren.
3. Pergeseran ke digital: Belanja online dan platform media sosial mengubah cara konsumen mencari dan membeli produk.
4. Munculnya banyak pesaing: Banyak merek baru menawarkan produk serupa dengan desain yang lebih modern dan harga yang lebih terjangkau.
5. Peningkatan pilihan: Konsumen memiliki lebih banyak pilihan produk penyimpanan makanan, mulai dari kaca, stainless steel, hingga silikon.
6. Ketergantungan pada penjualan langsung: Model Tupperware Party yang sangat sukses di masa lalu semakin sulit bersaing dengan model bisnis berbasis online.
7. Kurangnya inovasi: Tempat makan ini dinilai kurang cepat dalam beradaptasi dengan perubahan tren dan teknologi.
Kebangkrutan Tupperware adalah sebuah pengingat bagi semua bisnis, betapa pentingnya untuk terus belajar dan berkembang. Perusahaan yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman akan tertinggal dan menghadapi risiko yang sama.