BRANDA.CO.ID – Bulan Ramadan selalu membawa kehangatan dan tradisi unik di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu tradisi yang khas di tanah Sunda adalah “Ngadulag”.
Istilah ngadulag ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi memiliki makna yang mendalam dan menjadi bagian tak terpisahkan dari semarak Ramadan di Jawa Barat.
Secara etimologi, “Ngadulag” berasal dari bahasa Sunda, terdiri dari kata “nga-” sebagai awalan yang menunjukkan suatu kegiatan, dan “dulag” yang berarti beduk. Jadi, “Ngadulag” secara harfiah berarti kegiatan menabuh beduk.
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh anak-anak muda atau remaja di sekitar masjid atau mushola. Mereka berkumpul dan menabuh beduk dengan ritme tertentu, menciptakan suara yang khas dan meriah. Kegiatan inibiasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu selama Ramadan, seperti:
- Menjelang waktu sahur, untuk membangunkan warga agar segera bersiap makan sahur.
- Setelah salat tarawih, sebagai bentuk syiar dan memeriahkan malam-malam Ramadan.
- Malam takbiran, untuk menyambut Hari Raya Idulfitri dengan suka cita.
Seiring perkembangan zaman, tradisi ini mengalami beberapa perubahan. Jika dulu hanya menggunakan beduk tradisional, kini beberapa kelompok menambahkan alat musik lain seperti rebana atau alat musik modern lainnya.
Namun, esensi dari tradisi ini tetap sama, yaitu untuk memeriahkan Ramadan dan mempererat tali silaturahmi.
Tradisi “Ngadulag” juga menjadi simbol toleransi antarumat beragama di Indonesia. Di beberapa daerah, tradisi ini tidak hanya dilakukan oleh umat Muslim, tetapi juga melibatkan warga dari agama lain.