BRANDA.CO.ID – Di jantung Tatar Pasundan, Jawa Barat, tersembunyi sebuah kisah rakyat Dalem Boncel yang sarat akan pelajaran hidup, ambisi, dan konsekuensi dari sebuah pengkhianatan.
Kisah ini dikenal dengan nama Dalem Boncel, sebuah cerita yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, memberikan cerminan tentang nilai-nilai luhur dan karma yang tak terhindarkan.
Alkisah, di sebuah desa yang sederhana, hiduplah seorang pemuda bernama Dalem Boncel. Ia berasal dari keluarga miskin, namun memiliki semangat yang membara untuk mengubah nasibnya.
Boncel adalah sosok yang cerdas dan pekerja keras. Sejak kecil, ia bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin yang disegani dan hidup dalam kemakmuran.
Dengan tekad yang kuat, Boncel meninggalkan kampung halamannya dan berkelana mencari ilmu dan pengalaman. Ia bekerja serabutan, belajar dari berbagai orang yang ditemuinya, dan terus mengasah kemampuannya.
Kegigihan Boncel membuahkan hasil. Ia berhasil mendapatkan pekerjaan yang layak dan berkat kecerdasannya, karirnya terus menanjak.
Hingga suatu ketika, takdir membawanya ke sebuah kadipaten yang sedang mencari seorang pemimpin baru. Berkat kepiawaiannya dalam memimpin dan mengambil keputusan, Boncel berhasil menduduki posisi yang sangat terhormat, yaitu seorang Dalem atau bupati.
Ia dikenal sebagai Dalem Boncel, seorang pemimpin yang adil dan bijaksana, yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Kabar tentang keberhasilan Boncel akhirnya sampai ke telinga kedua orang tuanya di desa. Mereka sangat bangga dan terharu mendengar putranya kini menjadi seorang pemimpin yang hebat.
Dengan penuh kerinduan, mereka memutuskan untuk mengunjungi Dalem Boncel di kadipatennya. Namun, alangkah terkejut dan kecewanya kedua orang tua Boncel ketika tiba di hadapan putranya.
Boncel yang kini bergelimang harta dan kekuasaan, dengan angkuh dan tanpa rasa iba, tidak mengakui mereka sebagai orang tuanya. Ia malu dengan asal-usulnya yang miskin dan tidak ingin masa lalunya diketahui oleh rakyatnya.
Dengan hati hancur dan penuh kesedihan, kedua orang tua Boncel diusir dari hadapan putranya. Mereka tak menyangka anak yang dulu mereka besarkan dengan penuh kasih sayang, kini berubah menjadi sosok yang sombong dan durhaka.
Tak lama setelah kejadian itu, malapetaka menimpa Boncel. Ia jatuh sakit parah dengan penyakit kulit yang aneh dan menjijikkan. Berbagai macam pengobatan telah dicoba, namun penyakitnya tak kunjung sembuh.
Rakyatnya mulai berbisik, mengaitkan penyakit yang diderita Dalem Boncel dengan perbuatannya yang durhaka kepada orang tuanya. Hingga suatu malam, dalam tidurnya, Boncel bermimpi didatangi oleh arwah kedua orang tuanya yang menangis pilu. Mereka mengatakan bahwa penyakit yang ia derita adalah akibat dari kutukan atas kedurhakaannya.
Terbangun dari mimpinya, Boncel diliputi penyesalan yang mendalam. Ia menyadari betapa besar kesalahannya telah menyakiti hati kedua orang tuanya. Namun, nasi telah menjadi bubur.
Kedua orang tuanya telah pergi dan ia tidak memiliki kesempatan untuk meminta maaf. Penyakit Boncel semakin parah hingga akhirnya merenggut nyawanya.
Kisah tragis Dalem Boncel menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Jawa Barat, mengingatkan tentang pentingnya menghormati orang tua, tidak melupakan asal-usul, dan bahwa kesombongan akan berujung pada kehancuran.