BRANDA.CO.ID – Di sebuah kampung yang asri di Jawa Barat, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Si Buncir. Ia bukan anak orang kaya, tubuhnya kurus dengan perut yang sedikit membuncit, namun hatinya bersih dan jujur.
Si Buncir tinggal bersama ayahnya, seorang petani sederhana yang bekerja keras untuk menghidupi mereka. Suatu hari, ia membantu ayahnya mencari kayu bakar di hutan.
Di tengah hutan, mereka menemukan pohon limus yang berbuah ranum. Si Buncir memetik beberapa buah limus yang tampak paling segar untuk bekal di jalan pulang.
Namun, di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang putri raja yang sedang beristirahat bersama pengawalnya. Sang putri terlihat kehausan, dan tanpa berpikir panjang, ia mengambil dan memakan salah satu buah limus milik Buncir tanpa meminta izin.
Buncir yang melihat buahnya dimakan tanpa permisi merasa kecewa, bukan karena pelit, namun karena sang putri tidak menunjukkan sopan santun.
Dengan keberanian yang polos, ia menghampiri sang putri dan meminta ganti atas buah limusnya yang telah dimakan. Permintaan Buncir tentu saja membuat para pengawal terkejut dan marah.
Namun, sang putri yang bijaksana menyadari kesalahannya. Ia mengakui bahwa tindakannya tidak benar dan bersedia bertanggung jawab.
Kabar mengenai kejadian ini sampai ke telinga raja. Sang raja, yang terkenal adil dan bijaksana, memanggil Buncir dan putrinya. Setelah mendengar cerita dari kedua belah pihak, raja memutuskan bahwa putri harus mengganti buah limus Buncir.
Namun, Buncir yang lugu tidak meminta harta atau imbalan yang mewah. Ia hanya meminta agar sang putri mau menjadi temannya. Sang putri terharu dengan ketulusan hati Buncir.
Ia setuju untuk menjadi teman Buncir, dan sejak saat itu, mereka sering bertemu dan bermain bersama. Raja pun kagum dengan kejujuran dan kesederhanaan Buncir. Ia melihat potensi besar dalam diri anak petani tersebut.
Seiring berjalannya waktu, raja mengangkat Buncir sebagai salah satu abdi di istana. Dengan kecerdasan dan kejujurannya, ia dengan cepat belajar berbagai hal dan menjadi kepercayaan raja. Ia tumbuh menjadi pemuda yang gagah, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.
Hingga suatu ketika, raja yang sudah tua dan bijaksana memilih Buncir sebagai penggantinya. Buncir yang dulunya hanya seorang anak petani sederhana, kini menjadi seorang raja yang dicintai rakyatnya.