BRANDA.CO.ID – Kue cubit, jajanan mungil yang populer di Indonesia, ternyata memiliki sejarah panjang dan ikatan kekerabatan dengan kuliner dari Negeri Kincir Angin, Belanda. Banyak yang meyakini bahwa asal-usul kue ini tak lepas dari pengaruh kolonial Belanda di Nusantara.
Kue cubit disebut-sebut sebagai modifikasi dari kudapan tradisional Belanda bernama “Poffertjes”. Poffertjes adalah sejenis panekuk mini yang manis, disajikan hangat dengan taburan gula halus dan lelehan mentega.
Di Belanda, Poffertjes sering menjadi sajian istimewa di festival atau pasar malam. Konon, kue cubit ini mulanya dibuat oleh kalangan biarawati di gereja-gereja Belanda pada abad ke-17.
Resep Poffertjes kemudian dibawa ke Indonesia pada masa Hindia Belanda, dan mengalami akulturasi dengan selera serta bahan-bahan lokal.
Pengaruh Belanda pada seni memasak kue tradisional Indonesia cukup kuat pada masa itu, menghasilkan berbagai kue yang kini dikenal sebagai kuliner khas Indonesia, termasuk kue cubit.
Meskipun tidak ada informasi pasti mengenai mengapa kue ini dinamakan “kue cubit”, beberapa versi cerita populer menjelaskan asal-usul namanya.
Salah satu keyakinan menyebutkan bahwa nama “cubit” muncul karena ukurannya yang kecil, sehingga mudah diambil atau “dicubit” begitu saja dari cetakannya.
Versi lain mengaitkan nama ini dengan proses pembuatannya. Setelah matang di cetakan bundar, pedagang kue akan mengambil kue-kue tersebut dengan alat penjepit.
Gerakan mencapit ini sekilas menyerupai gerakan “mencubit”, sehingga jadilah kue ini dikenal sebagai kue cubit. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa penjual sering mencuil kue saat dimasak untuk mengecek kematangan.
Kue ini dulunya dikenal sebagai makanan yang dibuat oleh biarawati untuk membantu memenuhi kebutuhan makanan bagi warga miskin.
Dari para misionaris, kue ini kemudian mulai menyebar ke berbagai daerah di Batavia. Sejak saat itu, kue cubit menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia, khususnya di Jakarta.
Meskipun popularitasnya kini bersaing dengan camilan modern, kue ini tetap menjadi jajanan legendaris yang membangkitkan kerinduan akan masa lalu.
Kue mungil ini masih sering dijumpai di berbagai sudut kota, dijajakan oleh pedagang kaki lima, dan digemari oleh berbagai kalangan usia karena rasa manis-gurihnya yang khas.