Mengenal Cabuk Rambak: Kuliner Kenangan yang Tergerus Waktu

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

BRANDA.CO.ID – Solo, kota dengan kebudayaan dan kuliner yang kaya, menyimpan ragam makanan khas yang bila dicicip hanya sekali, susah dilupakan. Salah satunya adalah Cabuk Rambak, yang mulai terasa langka.

Cabuk Rambak ini adalah hidangan sederhana tapi punya cita rasa khas, yaitu perpaduan kerupuk kulit atau rambak, wijen, kelapa, dan bumbu halus.

Beberapa hal menarik dari cabuk rambak, yakni kerap kali disajikan di pincuk atau daun pisang yang dilipat sebagai alas hidangan. Selain itu, tidak memakai sendok atau garpu, tapi lidi untuk menyantapnya.

Lalu Kenapa Cabuk Rambak Mulai Langka?

1. Kenaikan harga bahan
Rambak asli jadi mahal, sehingga penjual memilih mengganti dengan karak yang lebih murah. Ini mengubah citarasa dan keautentikannya.

2. Kurangnya regenerasi
Penjual cabuk rambak saat ini umumnya sudah sepuh. Generasi muda kurang tertarik meneruskan usaha ini, kemungkinan karena laba yang tidak besar dan banyak kompetitor modern.

3. Tempat penjualan terbatas
Kuliner ini tak banyak dijumpai di restoran atau warung modern, lebih banyak di pasar tradisional atau area-area lokal yang mempertahankan tradisi. Contoh area Solo yang masih ada penjualnya: sekitar Pasar Gede, Jalan Ledoksari Selatan, dan belakang kompleks Stadion Manahan.

Cabuk Rambak bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas kuliner Solo. Melestarikannya berarti menjaga warisan budaya, memperkuat kekayaan gastronomi lokal, dan memperkaya wisata kuliner.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Add New Playlist