BRANDA.CO.ID – Payung adalah salah satu benda yang sering kita gunakan sehari-hari untuk melindungi diri dari hujan atau terik matahari. Namun, tahukah kamu bahwa benda ini memiliki sejarah panjang yang dimulai ribuan tahun lalu?
Penggunaan payung pertama kali tercatat di peradaban Mesopotamia sekitar 5.000 tahun yang lalu. Di sana, benda ini digunakan untuk melindungi diri dari sinar matahari yang terik.
Payung pada masa itu terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun palem atau papirus yang memiliki bentuk lebar. Di Mesir Kuno, benda ini juga digunakan oleh kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.
Namun, pada masa itu, alat tersebut lebih berfungsi sebagai simbol status sosial dan bukan sebagai pelindung dari hujan. Payung di Mesir Kuno terbuat dari bahan seperti kulit binatang dan kain yang diikat pada kerangka bambu atau kayu.
Di Tiongkok, sekitar 3.500 tahun yang lalu, benda ini mulai digunakan untuk melindungi diri dari hujan. Masyarakat Tiongkok kuno membuatnya dengan menggunakan bambu sebagai kerangka, dan kulit binatang atau kain sebagai penutupnya.
Benda pelindung ini kemudian menyebar ke Jepang dan negara-negara Asia lainnya. Di Eropa, payung pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Romawi dan Yunani yang melakukan perjalanan ke Mesir Kuno.
Perkembangan signifikan dalam desain payung terjadi pada abad ke-18. Pada tanggal 4 Mei 1715, seorang pria asal Prancis bernama Jean Marius memperkenalkan payung anti-air yang dapat dilipat, seperti yang kita kenal sekarang.
Penemuan ini memudahkan orang untuk membawa benda tersebut dan menggunakannya kapan saja tanpa khawatir ruang penyimpanan.
Di Inggris, seorang pengembara dan penulis asal Persia bernama Jonas Hanway, dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan payung di depan umum. Hanway memperkenalkan benda ini kepada kalangan laki-laki di Inggris, yang sebelumnya hanya digunakan oleh perempuan.
Hingga saat ini, orang Inggris menyebut payung dengan sebutan “Hanway” sebagai penghormatan atas jasanya.
Sedangkan di Indonesia, khususnya di Aceh, terdapat tradisi unik yang melibatkan benda tersebut. Payung mesikhat adalah payung ritual tradisional masyarakat Alas di Aceh, yang digunakan dalam berbagai upacara seperti khitanan, pernikahan, dan menyambut tamu kehormatan.
Benda ini terbuat dari kain hitam tahan air dengan bordir yang mencerminkan tujuan payung tersebut. Misalnya, payung pernikahan menggambarkan beberapa adegan kehidupan seorang gadis selama masa gadisnya, termasuk adegan pekerjaan rumah seperti menumbuk padi dan lainnya.