BRANDA.CO.ID – Anne Boleyn, istri kedua Raja Henry VIII dari Inggris, masih menjadi sosok kontroversial dalam sejarah.
Warisannya sering kali dikaburkan oleh tuduhan perselingkuhan, pengkhianatan, dan ilmu sihir, yang berujung pada eksekusinya pada tahun 1536.
Namun, sejarawan modern telah mengkaji ulang kisahnya, mempertanyakan keabsahan tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa ia adalah korban intrik politik dan masyarakat yang misoginis.
Kebangkitan Anne Boleyn Menjadi Terkenal
Lahir dari keluarga terkemuka Inggris, Anne Boleyn cerdas, karismatik, dan berpendidikan tinggi.
Dia menjabat sebagai dayang beberapa ratu, termasuk Catherine dari Aragon, istri pertama Henry VIII. Kecantikan, pesona, dan kecerdasan Anne menarik perhatian raja, dan raja menjadi tergila-gila padanya.
Pengejaran Henry terhadap Anne dan Perpisahan dengan Roma
Keinginan Henry VIII untuk menikahi Anne Boleyn menyebabkan pergolakan agama dan politik yang kompleks.
Raja meminta pembatalan dari Catherine dari Aragon, mengklaim pernikahan mereka tidak sah karena larangan alkitabiah terhadap menikahi istri saudara laki-lakinya.
Paus Klemens VII menolak mengabulkan pembatalan tersebut, sejalan dengan keluarga Catherine, keluarga Habsburg yang berkuasa.
Bertekad untuk menikahi Anne, Henry memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik dan mendirikan Gereja Inggris, dengan dirinya sebagai pemimpinnya.
Dia bisa mendapatkan pembatalan dari Uskup Agung Canterbury, yang membuka jalan bagi pernikahannya dengan Anne Boleyn pada tahun 1533.
Pemerintahan dan Kejatuhan Anne
Pemerintahan Anne Boleyn sebagai ratu relatif singkat, berlangsung dari tahun 1533 hingga 1536.
Ia gagal menghasilkan ahli waris laki-laki, yang sangat mengecewakan Henry, yang mendambakan seorang putra untuk mengamankan Dinasti Tudor.
Selain itu, rumor tentang perselingkuhan Anne mulai beredar, dipicu oleh saingan politik dan kekecewaan Henry terhadap Anne.
Pada tahun 1536, Anne ditangkap atas tuduhan perzinahan dan pengkhianatan. Bukti yang memberatkannya sebagian besar dibuat-buat, dan persidangannya dianggap palsu.
Dia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Pada tanggal 19 Mei 1536, Anne dipenggal di Menara London.
Mempertanyakan Tuduhan
Sejarawan modern meragukan tuduhan perselingkuhan dan pengkhianatan yang menyebabkan eksekusi Anne.
Mereka berpendapat bahwa bukti yang memberatkannya bermotif politik dan bahwa dia adalah korban dari masyarakat patriarki, yang berusaha membungkam dan mendiskreditkan perempuan yang berkemauan keras.
Warisan Anne Boleyn
Meskipun berakhir tragis, Anne tetap menjadi seorang tokoh penting dalam sejarah Inggris.
Dia memainkan peran sentral dalam Reformasi Inggris dan kisahnya telah menjadi subyek banyak karya sejarah dan penggambaran fiksi.
Warisannya terus diperdebatkan, sebagian orang memandangnya sebagai korban ketidakadilan, dan sebagian lagi menggambarkannya sebagai perempuan ambisius yang melampaui batasannya.