BRANDA.CO.ID – Quarter life krisis adalah istilah yang sering kita dengar, terutama di kalangan generasi muda. Fenomena ini menggambarkan perasaan kebingungan, ketidaknyamanan, dan kegelisahan yang dialami seseorang di sekitar usia 20-an.
Pada fase quarter life krisis, banyak individu merasa kesulitan menemukan arah hidup yang jelas, merasa terjebak dalam rutinitas, atau bahkan merasa tidak puas dengan pencapaian yang sudah diraih.
Quarter life krisis adalah masa transisi yang normal dialami oleh banyak orang. Ini bukan berarti ada yang salah dengan diri kita, melainkan sebuah fase di mana kita mencoba menemukan identitas dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Penyebab
1. Tekanan sosial: Ekspektasi tinggi dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, atau media sosial, dapat membuat kita merasa terbebani dan tidak mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan.
2. Ketidakpastian masa depan: Ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, seperti pekerjaan, hubungan, atau finansial, dapat memicu kecemasan.
3. Membandingkan diri dengan orang lain: Seringkali, kita membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat lebih sukses atau bahagia, sehingga memunculkan perasaan tidak puas dengan diri sendiri.
4. Perubahan hidup yang signifikan: Peristiwa hidup yang besar, seperti lulus kuliah, pindah ke kota baru, atau putus cinta, dapat memicu krisis identitas.
Tanda-Tanda
1. Merasa kehilangan arah: Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup.
Merasa bosan dengan kehidupan: Merasa rutinitas sehari-hari membosankan dan tidak berarti.
2. Merasa tidak puas dengan pencapaian: Merasa apa yang sudah diraih tidak cukup memuaskan.
3. Merasa cemas dan gelisah: Sering merasa khawatir tentang masa depan.
4. Merasa kesepian: Meskipun dikelilingi orang-orang, tetap merasa kesepian dan tidak terhubung.
