BRANDA.CO.ID – Di balik rimbunnya perkebunan teh dan karet di Sukabumi, Jawa Barat, tersembunyi sebuah pabrik tua yang menyimpan kisah menarik tentang kejayaan masa lalu. Pabrik ini bernama Pabrik Gutta Percha Tjipetir, sebuah peninggalan sejarah yang kini mulai terlupakan.
Gutta percha adalah sejenis getah alami yang diekstrak dari pohon Palaquium gutta. Getah ini memiliki sifat elastis, kuat, dan tahan air, sehingga sangat berharga pada masanya.
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, gutta percha menjadi komoditas penting yang diperdagangkan di seluruh dunia. Pabrik ini dibangun pada tahun 1855 oleh pemerintah kolonial Belanda.
Mereka melihat potensi besar dari tanaman gutta percha yang tumbuh subur di wilayah Sukabumi. Pabrik ini menjadi pusat produksi gutta percha terbesar di Hindia Belanda, bahkan di dunia.
Masa kejayaan Pabrik Tjipetir berlangsung dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Gutta dari Tjipetir diekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Getah ini digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari pembuatan kabel bawah laut, isolasi listrik, hingga bahan campuran ban.
Namun, kejayaan gutta ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1920-an, muncul bahan sintetis baru yang lebih murah dan mudah diproduksi, yaitu plastik. Akibatnya, permintaan akan gutta pun menurun drastis. Pabrik Tjipetir pun akhirnya ditutup pada tahun 1921.
Beberapa waktu lalu, masyarakat dihebohkan dengan penemuan blok-blok karet misterius di beberapa pantai di Eropa. Setelah diteliti, ternyata blok-blok tersebut adalah gutta yang berasal dari Tjipetir.
Blok-blok gutta ini diduga terbawa oleh kapal yang tenggelam saat Perang Dunia I atau II. Arus laut kemudian membawa mereka hingga ke pantai-pantai di Eropa. Penemuan ini menjadi bukti, bahwa gutta dari Tjipetir pernah menjadi bagian penting dari sejarah dunia.