Cerita Legenda Telaga Warna, Sang Putri yang Tak Menghargai Kebaikan Rakyatnya

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

BRANDA.CO.ID – Telaga Warna, sebuah danau yang memukau dengan perubahan warnanya yang misterius, bukan hanya sekadar destinasi wisata alam di kawasan Puncak, Jawa Barat.

Di balik keindahan Telaga Warna yang memukau, tersembunyi sebuah cerita rakyat yang turun-temurun, mengisahkan tentang kesombongan seorang raja dan air mata penyesalan yang menjelma menjadi keajaiban warna.

Nama “Telaga Warna” secara harfiah berarti “Danau Warna”. Nama ini bukan tanpa alasan. Daya tarik utama telaga ini terletak pada kemampuannya untuk berubah warna menjadi hijau, biru, kuning, bahkan ungu dalam waktu yang berbeda.

Cerita rakyat yang paling populer mengisahkan tentang seorang raja yang memerintah Kerajaan Kutatanggeuhan. Raja ini dikenal kaya raya namun memiliki sifat yang sangat sombong dan kikir.

Rakyatnya hidup dalam kekurangan meskipun kerajaan bergelimang harta. Suatu hari, sang permaisuri melahirkan seorang putri yang cantik jelita. Raja dan ratu sangat menyayangi putri mereka.

Menjelang ulang tahun ke-17 sang putri, raja memerintahkan rakyatnya untuk mengumpulkan berbagai macam perhiasan emas dan permata, sebagai hadiah yang istimewa.

Pada hari ulang tahun sang putri, hadiah dari seluruh rakyat dikumpulkan menjadi sebuah kalung yang sangat indah dan berkilauan. Namun, ketika kalung itu diberikan kepada sang putri, ia menolaknya dengan kasar dan melemparkannya ke tanah hingga hancur berkeping-keping.

Tindakan sang putri yang tidak menghargai pemberian rakyat ini membuat hati rakyat terluka dan kecewa. Tiba-tiba, dari bekas kalung yang pecah, memancarlah air yang sangat deras.

Air ini terus membanjiri seluruh kerajaan, menenggelamkan istana dan segala isinya, termasuk sang raja, permaisuri, dan putri yang sombong. Air yang membanjiri kerajaan tersebut kemudian membentuk sebuah telaga yang luas.

Ajaibnya, air telaga ini memantulkan warna-warni yang indah, dipercaya sebagai representasi dari berbagai macam perhiasan yang telah dikumpulkan rakyat. Sebagian juga percaya bahwa warna-warni tersebut adalah air mata penyesalan dari sang putri, yang telah menyadari kesalahannya di saat-saat terakhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Add New Playlist