Legenda Situ Bagendit, Kisah Tragis Keserakahan Wanita Kaya

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

BRANDA.CO.ID – Di tengah hamparan tanah Garut yang subur, tersembunyi sebuah danau yang mempesona bernama Situ Bagendit.

Keindahan Situ Bagendit yang tenang dengan pepohonan rindang di sekelilingnya, menyimpan sebuah legenda pilu tentang seorang wanita kaya raya yang kikir dan berakhir tragis.

Inilah kisah Situ Bagendit, sebuah pengingat abadi tentang bahaya keserakahan dan pentingnya berbagi.

Konon, dahulu kala di sebuah desa yang makmur di Garut, hiduplah seorang wanita kaya raya bernama Nyi Endit.

Ia memiliki kekayaan yang melimpah ruah, sawah yang luas membentang, lumbung padi yang selalu penuh, dan perhiasan emas yang berkilauan.

Namun, di balik kemewahannya, Nyi Endit dikenal sebagai sosok yang sangat pelit dan kikir. Ia tidak pernah mau berbagi sedikit pun kekayaannya dengan penduduk desa yang hidup serba kekurangan.

Setiap kali ada penduduk yang datang meminta bantuan, Nyi Endit selalu mengusir mereka dengan kasar dan kata-kata pedas.

Ia lebih memilih menyimpan kekayaannya seorang diri dan hidup dalam kemewahan tanpa mempedulikan penderitaan orang lain. Bahkan, ia sering mengadakan pesta pora yang mewah di rumahnya, namun tak pernah mengundang atau berbagi makanan dengan tetangga sekitarnya.

Suatu hari, datanglah seorang kakek tua renta ke rumah Nyi Endit. Tubuhnya lemah, pakaiannya lusuh, dan ia tampak sangat kelaparan.

Dengan suara lirih, kakek itu meminta sedikit makanan dan tempat untuk beristirahat. Namun, seperti biasa, Nyi Endit menyambutnya dengan sinis dan mengusirnya tanpa belas kasihan.

“Pergi kau, orang tua! Jangan mengotori rumahku dengan tubuhmu yang dekil itu! Aku tidak punya makanan untuk orang pemalas sepertimu!” hardik Nyi Endit dengan nada tinggi.

Kakek itu hanya bisa menggelengkan kepala dengan sedih. Sebelum pergi, ia menancapkan sebuah tongkat kayu biasa di halaman rumah Nyi Endit dan berpesan, “Wahai Nyi Endit yang hatinya sekeras batu, tunggulah balasan atas keserakahanmu ini.”

Setelah mengucapkan kata-kata itu, kakek misterius itu menghilang tanpa jejak. Nyi Endit hanya tertawa sinis melihat tongkat kayu yang tertancap di halamannya.

Ia menganggap perkataan kakek itu hanyalah omong kosong belaka. Namun, keajaiban mulai terjadi. Secara perlahan, dari bekas tancapan tongkat itu, muncul mata air kecil.

Awalnya hanya setetes demi setetes, namun lama kelamaan air itu semakin deras dan membanjiri seluruh halaman rumah Nyi Endit. Penduduk desa yang melihat kejadian aneh itu menjadi panik dan berusaha menyelamatkan diri.

Mereka berlarian menjauhi rumah Nyi Endit yang semakin tergenang air. Nyi Endit sendiri terkejut bukan kepalang melihat air yang terus meninggi dengan cepat.

Ia berusaha menyelamatkan harta bendanya, namun semuanya sia-sia. Air bah terus meluap, menenggelamkan seluruh rumah dan kekayaan Nyi Endit.

Tak ada yang bisa menolong Nyi Endit. Ia akhirnya ikut tenggelam bersama dengan seluruh harta kekayaannya. Air yang terus meluap itu akhirnya membentuk sebuah danau yang luas, yang kemudian dikenal dengan nama Situ Bagendit.

Kata “Bagendit” sendiri dipercaya berasal dari julukan yang diberikan masyarakat kepada Nyi Endit, karena kekikirannya. Legenda Situ Bagendit menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Garut dan sekitarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Add New Playlist