BRANDA.CO.ID – Anyaman mendong merupakan salah satu kerajinan tradisional Indonesia, yang memiliki nilai seni dan budaya tinggi. Terbuat dari tanaman mendong (Fimbristylis umbellaris), anyaman ini tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memiliki fungsi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Tanaman mendong, yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan, tumbuh subur di daerah rawa dan sawah. Masyarakat Indonesia telah memanfaatkan daun mendong, sebagai bahan baku kerajinan tangan sejak zaman dahulu.
Konon, anyaman mendong pertama kali muncul di daerah Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat. Pada awalnya, anyaman ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti tikar, keranjang, dan topi.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, anyaman ini mulai dikenal sebagai karya seni yang memiliki nilai estetika tinggi. Para pengrajin anyaman pun mulai mengembangkan berbagai motif dan desain yang lebih menarik, sehingga menghasilkan produk-produk yang tidak hanya fungsional, tetapi juga indah dan bernilai jual tinggi.
Anyaman ini mengalami perkembangan pesat pada era 1940-an. Saat itu, tanaman mendong dibawa dari Pulau Sumbawa ke Pulau Jawa oleh dua orang pedagang kuda dari Purbaratu, Tasikmalaya. Mereka melihat potensi tanaman ini untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman, sehingga mereka mulai membudidayakannya di daerah Purbaratu.
Sejak saat itu, Purbaratu menjadi sentra kerajinan anyaman mendong yang terkenal di Indonesia. Para pengrajin di Purbaratu terus berinovasi dan mengembangkan berbagai macam produk anyaman ini, mulai dari tas, dompet, topi, hingga perabotan rumah tangga.
Di era modern ini, anyaman ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga telah menembus pasar internasional. Produk-produk anyaman ini banyak diekspor ke berbagai negara, seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa anyaman mendong memiliki daya tarik yang kuat di mata dunia.