BRANDA.CO.ID – Papajar, sebuah tradisi unik masyarakat Sunda dalam menyambut bulan suci Ramadhan, menyimpan sejarah panjang dan makna mendalam.
Istilah “papajar” sendiri berasal dari kata “mapag pajar” yang berarti menjemput fajar. Fajar yang dimaksud di sini adalah fajar awal Ramadhan, saat dimulainya ibadah puasa.
Tradisi papajar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16 di wilayah Tatar Sunda. Namun, tradisi ini baru populer dan menyebar luas sekitar tahun 1980-an.
Awalnya, tradisi ini merupakan kegiatan menunggu pengumuman awal Ramadhan di masjid. Masyarakat berkumpul untuk menantikan keputusan bersama, tentang dimulainya ibadah puasa.
Pada masa kepemimpinan Wiratanudatar II (Dalem Tarikolot) di Cianjur sekitar tahun 1691-1707, tradisi ini sudah cukup populer. Masyarakat berkumpul di Masjid Agung Cianjur, untuk menunggu pengumuman dimulainya ibadah puasa.
Para ulama dan sebagian masyarakat menunggu keputusan pemerintah sambil berkumpul di masjid. Setelah keputusan diambil, mereka akan berdoa bersama dan makan bersama sebagai bentuk syukur dan persiapan menyambut bulan suci.
Secara filosofis, tradisi ini memiliki makna yang sangat dalam. Beberapa di antaranya adalah:
1. Menyambut Cahaya Keberkahan: Papajar dapat diartikan sebagai upaya menyambut atau menyongsong sinar yang akan segera terbit, yaitu cahaya keberkahan di bulan Ramadhan. Hal ini sejalan dengan makna puasa yang dimulai sebelum terbitnya fajar dan diakhiri saat terbenamnya matahari.
2. Persiapan Spiritual: Tradisi ini menjadi momen bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri secara spiritual menyambut bulan Ramadhan. Dengan berkumpul bersama, berdoa, dan saling memaafkan, diharapkan hati menjadi bersih dan siap untuk menjalankan ibadah puasa.
3. Momen Berkumpul Keluarga: Papajar juga menjadi momen berkumpul bagi keluarga besar. Mereka akan saling mengunjungi, berbagi cerita, dan mempererat tali silaturahmi.
Seiring berjalannya waktu, tradisi papajar mengalami perkembangan. Jika awalnya lebih bersifat religius, kini tradisi ini lebih bersifat sosial dan kultural. Banyak kegiatan yang dilakukan dalam rangka merayakan papajar, seperti:
– Berkumpul bersama keluarga dan kerabat
– Makan bersama (botram)
– Berwisata ke tempat-tempat rekreasi
– Ziarah ke makam leluhur
– Membersihkan lingkungan
– Saling bermaafan
– Berdoa bersama
Perkembangan ini menunjukkan bahwa tradisi papajar masih hidup, dan relevan dengan kehidupan masyarakat modern. Meskipun bentuknya berubah, namun esensi dari tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai upaya menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan semangat.